Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Kamis, 26 September 2013

On 9/26/2013 07:05:00 AM by KBM FT UNM in , ,    No comments

       
Misalnya ketika kita lagi duduk-duduk di koridor kampus tiba-tiba ada orang yang langsung membentak kita hingga mencaci kita. Atau ada mahasiswa dari fakultas lain yang menuduh kita mencuri. Dan banyak lagi contoh-contoh lain yang bisa saja kita temui. Pastinya sakit sekali hatimu bila diperlakukan seperti itu, sakit hati plus geram. Coba apa yang kamu temukan pada dirimu ketika ada orang yang menyakitimu seperti itu?mungkin ada rasa benci dalam hati, panas, hingga keinginan untuk membalas. Balas dendam. Sikap seperti ini sebenarnya manusiawi, wajar terjadi pada diri kita. Rasa sakit tersebut akan tambah parah lagi apabila ternyata orang yang menyakiti kamu tadi ternyata adalah orang atau teman yang selalu kamu berikan kebaikan.
Air susu dibalas air tuba katanya. Huh… mau diapakan orang seperti ini?
Sadar Dulu
Sebelum kamu memutuskan untuk membalas dendam, cobalah renungkan kembali perkara penting berikut ini. Cobalah sadari bahwa kamu sebenarnya tidak hidup di dunia sendirian. Benar bukan? Ada banyak manusia yang hidup disekitar kamu. Nah, siap hidup di tengah-tengah manusia maka harus siap pula kalau suatu saat terjadi benturan pemikiran, kepentingan dan masalah dengan orang lain. Karena manusia berbeda-beda dalam pikiran, moral dan prilaku, kebiasaan dan adat. Jadi wajar saja bila kamu akan menemukan konflik, atau kadang disakiti, dicurigai bahkan dihina oleh orang lain. Jadi jangan terburu melampiaskan kemarahan dan dendam pada orang lain. Pahami juga bahwa ada unsur lain yang juga ikut “ngipas-ngipasi” perseturuanmu dengan orang lain. Dulu nabi Shallallahu ‘alaihi Wasallam pernah bersabda
“Setan mengalir dalam tubuh anak adam bersama mengalirnya darah di dalam pembuluhnya” (riwayat Al Bukhari)
Kalau kamu buru-buru marah dan balas dendam sama artinya memberikan kemenangan pada setan yang sudah merencanakan dan memprovokasi kamu berdua. Bias-bisa setan akan tertawa kegirangan melihat kamu berdua yang sama-sama muslim berkelahi karena masalah sepele.
Jadi, jalan terbaik untuk mengalahkan setan  adalah menahan diri dari terburu-buru marah. Syukur-syukur kamu segera melakukan hal kedua yang bias menDROP OUT(DO) setan dalam masalah ini. yaitu segera memberikan maaf pada temanmu yang salah tadi. Emm, bila kamu benar-benar mampu menahan marah, mengendalikan diri dan tak membalas berarti kamu menyimpan energy dahsyat dalam dirimu. Energy ini akan semakin membuatmu semakin kuat dan  tambah kuat bila semakin dilatih dan diasah. Ya, inilah orang yang kuat dan penuh energy sejati. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wasallam
“Orang yang kuat bukanlah orang yang menang dalam gulat, namun orang yang kuat sebenarnya adalah orang yang mampu menguasai dirinya di saat marah.”(muttafaq alaih)
Nah, benar kan? Orang yang mampu mengangkat besi seberat 10 kilogram atau 20 kilogram memang disebut kuat secara fisik, tapi belum bias dikatakan sebagai manusia terkuat. Manusia yang kuat dan penuh energy adalah orang yang sanggup menahan diri dari melampiaskan kemarahannya. Tidak terburu membalas orang yang berbuat buruk pada kita, atau kerabat kita.
Gaya orang besar VS Anak Manja
Coba kita lihat karakter manusia-manusia istimewa dan penuh energy seperti umar bin Khattab. “Kullun naasi minni fi hillin” katanya. Semua orang terhadapku sudah kuhalalkan, begitu kurang lebih artinya. Dia maafkan muslim manapun, termasuk yang pernah berbuat buruk terhadapnya. Kamu sudah seperti ini atau belum, tanyakan pada dirimu masing-masing.
Orang-orang berkarakter seperti umar inilah yang kuat dan penuh energy. Sebaliknya orang yang selalu melampiaskan dendam dan kemarahannya itu kenaka-kanakan banget. Misalnya gara-gara ibu tidak ngasih uang jajan atau tidak dibelikan motor-motoran si anak merajuk, ngambek dan ogah makan. Balas dendam ala si kecil.
Sang pendendam tidak ada bedanya dengan si anak manja ini. Walau badan sudah gedhe,umur semakin tua namun bila tak bias menahan kemarahan dan dendam maka dia tidak ada bedanya dengan anak manja tadi. Saudaraku yang ku cintai karena Allah, enggak suah nunjuk-nunjuk orang lain tentang masalah ini, namun setiap kita memang harus senantiasa mengoreksi diri, setuju?
Karakter buruk pemarah tidak ditemukan pada manusia-manusia besar, pemilik jiwa-jiwa teladan dan pemimpin sejati. Mereka tidak menganggap kemarahan dan dendam sebagai bentuk keberhasilan apalagi kesuksesan dalam hidup. Tapi sukses besar menurut ‘manusia besar’ adalah memberikan maaf pada orang lain. Manusia besar akan selalu ingat pada keberuntungan gedhe yang disebutkan dalam ayat yang artinya,
Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat baik itu tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar dan tidak dianugrahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai keberuntungan yang besar. (Fussilat : 35)
Yaitu balaslah keburukan dengan kebaikan. Balas saja kejelekan dengan kebaikan, kesalahan dengan kemaafan, kemarahan dengan kesabaran.
Dengan cara yang lebih baik di sini diantaranya dengan mengucapkan salam apabila berjumpa dengan orang yang memusuhi, atau ada juga yang berjabat tangan apabila bertemu. Demikian kata Mujahi dan Atha’, dua ulama besar di amas tabi’in.
Ternyata memaafkan tidak membuat hati jadi sumpek dan pikiran kusut atau dahi berkerut. Bahkan sebaliknya, memaafkan malahn membuat hati lebih longgar dada lebih lebar dan semua urusan jadi kelar. Bahkan orang yang memusuhimu pun akan jadi sadar. “Maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia”
Musuh bebuyutan tujuh turunan pun bias menjelma menjadi teman yang kelewat akrab. Luar biasa bukan?
Keberuntungan orang yang gemar memaafkan belum  lagi usai. Ia akan dijanjikan pahala besar oleh Allah, dan bias masuk surge yang penuh dengan kenikmatan.
Sukses besar ini tak pernah diaraih oleh orang-orang yang memiliki sifat pemarah, hobi membenci apalagi suka balas dendam.
Kamulah yang Mulia
Keberuntungan bersifat memaafkan belum ada habis-habisnya. Orang yang gemar memaafkan akan semakin mulia di sisi Allah. Jangan lupa, kalau seseorang sudah mulia di sisi Allah pasti ia akan jadi mulia juga di tengah-tengah manusia. Ia nggak bahkan kalah tinggi dibandingkan para pejabat, konglomerat atau pesawat (?). karena manusia memuliakan dan mencintai manusia dengan hatinya tidak sekedar badannya.
“Tidaklah Allah menambah pada seorang  hamba yang memaafkan kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seorang rendah hati karena Allah kecuali Allah akan meninggikan orang tersebut” (Riwayat Muslim)
Salah satu bentuk tawadhu’-kerendahan hati- adalah dengan memberikan maaf pada orang lain. Bahkan memaafkan merupakan bentuk kerendahan hati yang teristimewa. Selamat,berbahagiahlah dan sukses dengan pemeberian maafmau.Kamu hebat!
[dikutip dari majalah Elfata edisi 12 volume 11 2011,iam]
[download buletin]

0 komentar:

Posting Komentar

Afwan, silahkan tinggalkan komentar antum terhadap blog ini.