Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Kamis, 12 September 2013

On 9/12/2013 06:12:00 AM by KBM FT UNM in    No comments


Salah seorang sahabat pernah bertanya kepada Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam , "Ya Rasulullah, pesankan sesuatu kepadaku yang akan berguna bagiku dari sisi Allah." Nabi Shallallohu’alaihi wasallam lalu bersabda, "Perbanyaklah mengingat kematian, maka kamu akan terhibur dari (kelelahan) dunia, dan hendaklah kamu bersyukur. Sesungguhnya bersyukur akan menambah kenikmatan Allah, dan perbanyaklah doa. Sesungguhnya kamu tidak mengetahui kapan doamu akan terkabul." (H.R Ath-Thabrani)
Salah satu kisah yang bias kita ambil pelajaran ialah kisah seorang pemuda yang tengah mengendarai mobil dengan kecepatan yang sangat tinggi. Antara kota Mekah dan Jeddah ia melaluinya dengan kecepatan di atas rata-rata. Lalu ia mengalami kecelakaan yang sangat mengerikan.
Sebelumnya ia sedang menyalakan tape recordernya dengan mendengarkan lagu-lagu Barat seperti yang biasa didengarkan orang-orang. Orang yang melihat ke mobilnya mengatakan bahwa ia telah meninggal.
Seorang yang shaleh turun dari mobilnya ketika sedang lewat di jalan itu. Ketika orang-orang melihat pemuda yang mengalami kecelakaan itu, mereka menemukannya sudah mendekati ajalnya. Mereka berkata: “Ini adalah kesempatan untuk mengingatkannya untuk berdzikir kepada Allah dan membimbingnya untuk mengucapkan kalimat Laa ilaaha illallaah. Mudah-mudahan saja ia dapat melafazhkannya”. Karena barangsiapa yang akhir ucapannya di kehidupan dunia ini adalah laa ilaaha illallaah, maka ia akan masuk surga.
           Orang-orang shaleh itu berkata: “Kami senang jika Allah menyelamatkan pemuda ini dari api neraka Jahannam melalui perantara kami. Maka kami pun mendekati pemuda itu dan membimbingnya untuk melafazhkan kalimat tauhid”. Mereka berkata: “Hai saudaraku! Ucapkanlah laa ilaaha illallaah!”.
Namun apa yang diucapkan oleh pemuda itu? Ia mengucapkan sesuatu yang biasa ia ucapkan sebelumnya. Jika seseorang lisannya terbiasa dengan dzikir kepada Allah, pada menjelang ajalnya dia tidak akan mengucapkan kata-kata selain berdzikir kepada Allah. Sedangkan orang yang hatinya terbiasa menuruti kata-kata setan dan hawa nafsunya, terbiasa dengan kenikmatan sesat, melakukan maksiat, membenci, mencela dan mengejek orang-orang shaleh, kata-kata apakah yang kira-kira akan ia ucapkan menjelang kematiannya?
Apakah yang diucapkan oleh pemuda itu?
Ia mengucapkan kata-kata yang merendahkan dirinya di dunia dan akhirat. Ia mengucapkan: “Aku tidak akan pernah melakukan shalat dan tidak akan pernah berpuasa. Sungguh terlaknat agamamu”.
Kalimat-kalimat seperti itulah yang biasa ia ucapkan. Jika beberapa orang shaleh menemuinya dan mengingatkannya untuk melakukan shalat, ia menjawab, “Aku tidak akan pernah shalat dan tidak akan pernah puasa.” Jika mereka menasehatinya, ia justru mencela dan mengejek agama.
Sungguh kita berlindung kepada Allah dari hal seperti itu. Maka lisannya pun terbiasa dengan kalimat-kalimat tadi, maka ketika menjelang akhirnya hayatnya pun ia mengucapkan hal itu. Kita memohon kepada Alah agar diberi kekokohan hati.
oleh lbnu Rajab dari Abdul Aziz bin Abi Rawwad : “Aku pernah menyaksikan seseorang yang sedang dalam keadaan sekarat, ia dibimbing untuk melafazhkan kalimat syahadah “Laa ilaahaillallaah“. Memang ia akhirnya dapat melafazhkan kalimat tersebut, namun sesungguhnya ia mengingkarinya. Kemudian ia meninggal.
Aku pun menanyakan perihal dirinya tersebut, ternyata ia adalah seorang pecandu minuman keras”.
Abdul Aziz mengatakan: “Takutlah kalian dari melakukan dosa-dosa karena dosa-dosa itu akan melemparkannya ke dalam neraka ”.
Kemudian ada kisah lainya ketika di katakan kepada seseorang menjelang kematiannya : ‘Ucapkanlah laa ilaaha illalllah!’ . Namun ia justru menjawab: “Ayo tambah terus! Tambah terus!” . Ternyata orang tersebut adalah seorang pegawai perkantoran dan ia sering memanipulasi penghitungan keuangan.
Imam Ibnu Qayyim meriwayatkan kisah lain dalam kitabnya Al-Jawaab Al-Kaafi, ia menuliskan: “Dikatakan kepada seseorang dari mereka yanghendak meninggal: “Ucapkanlah laa ilaaha illallaah!” , namun ia menjawab: ‘Ah … ah … aku tidak dapat mengucapkannya’ .
Kisah lain Dikatakan kepada yang lainnya lagi, juga dalam keadaan hendak meninggal: ‘Ucapkanlah laa ilaaha illalIaah!’ , namun ia menjawab: “Skak mati dengan benteng, kamu kalah dariku (dalam permainan catur)” . Kemudian ia pun meninggal.
Semoga kita dijauhkan Allah ‘Azza wa Jalla dari akhir yang buruk,serta lebih menjadi motivasi menjauhi hal hal dilarang agama. [Sumber: Kisah-Kisah Su’ul Khotimah, Manshur bin Nashir al-’Awaji, penerbit Darussunnah.]
Rasulullah Shallallohu’alaihi wasallam bersabda, "Cukuplah maut sebagai pelajaran (guru) dan keyakinan sebagai kekayaan." (HR Ath-Thabrani)
Sungguh indah ungkapan Ali bin Abi Thalib,
“Sesungguhnya kematian terus mendekati kita, dan dunia terus meninggalkan kita. Maka jadilah kalian anak-anak akhirat dan janganlah kalian menjadi anak-anak dunia. Sesungguhnya hari ini adalah beramal dan tidak ada hisab, dan esok adalah hisab dan tidak ada lagi beramal.”
syeikh Ath-Thantawi bercerita, dikatakan bahwa sebuah bus penuh sesak dengan penumpang. Sopirnya selalu menoleh ke kiri dan kanan, dan secara tiba-tiba sopir itu menghentikan bus itu. Para penumpang pun bertanya, “Mengapa engkau menghentikan bus ini?” Sopir itu menjawab, “Saya berhenti untuk menghampiri orang tua yang melabai-lambaikan tangannya hendak turut menumpang bersama kita.” Para penumpang jadi bertanya-tanya, “Kami tidak melihat siapa-siapa.” Tapi
sopir itu melihatnya, “Lihat (itu) dia,” Mereka tetap bingung. “Kami tidak melihat seorang pun.” Sopir itu pun berkata, “Kini dia datang untuk naik bersama kita.” Semua penumpang berkata, “Demi Allah, kami tidak melihat siapa-siapa.” Dan secara tiba-tiba pula sopir itu mati terduduk di atas kursinya.
Kematian sangat tiba-tiba, dan begitulah jalan kematiannya.
Maka apabila telah datang waktunya mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaat pun tidak (pula)


memajukannya} (QS Al-A’raf: 34)
Maka kita sepantasnya sebagai seorang muslim sebaiknya jangan menunda amal dan bersegerah dalam kebaikan bahkan berlomba-lomba akan kebaikan
"Penundaanmu untuk beramal, karena menanti kesempatan yang lebih baik, adalah tanda kebodohan yang mempengaruhi jiwa".  (Al-Hikam).
Karena kebodohan yang mempengaruhi jiwa, maka kitaa berlindung dari salah satu penyakit ini yaitu kebodohan. Kebodohan disebabkan:
1  Karena mengutamakan dunia, padahal Allah berfirman, "Tetapi kamu memilih kehidupan duniawi, sedang kehidupan akhirat adalah lebih baik dan lebih kekal "(Q.S. Al A'laa 87:16,17)
2. Penundaan amal kepada masa yang kita tidak mengetahui, apakah masih ada atau tidak kesempatan karena sewaktu-waktu kematian bisa terjadi tanpa bisa diprediksi lebih dahulu.
3. Kemungkinan azam, niat menjadi lemah dan berubah. Ibnu Umar berkata, "Apabila engkau di waktu sore, janganlah menunggu pagi. Dan apabila engkau di waktu pagi janganlah engkau menunggu sore dan pergunakanlah kesehatanmu untuk persiapan sakitmu, dan pergunakanlah hidupmu untuk persiapan matimu".

Kematian adalah sebuah kemestian. Begitu pula dengan kehidupan setelah kematian. Yaitu kehidupan akhirat yang sedang kita tuju. Oleh karena itu, hendaknya setiap orang mempersiapkan bekal untuk menempuh perjalanan yang sangat jauh tersebut. Wallahu a’lam [iam]
#diambil dari berbagai sumber

0 komentar:

Posting Komentar

Afwan, silahkan tinggalkan komentar antum terhadap blog ini.