Senin, 24 Maret 2014
Setiap muslim ada yang mengalami masa semangat dan
ada yang mengalami rasa malas. Namun ada rasa malas yang tercela dan ada yang
masih terpuji. Dan rasa malas yang datang ini sifatnya naluri yang bisa jadi
ditemukan ketika beramal atau ketika kita menuntut ilmu.
Setiap hari yang kita lalui datang ke kampus, masuk
kuliah, bertemu dengan teman-teman adalah keseharian yang biasa kita lalui.
Mungkin pada awal semester semangat itu masih ada, apalagi yang baru masuk
sebagai MABA, dapat tugas pertama masih semangat, tugas kedua semangat, tugas
ketiga berpikir untuk liat punya teman, tugas keempat berpikir, ada tugas tidak
yah..? hal seperti itu mungkin biasa kita alami dan apa yang terjadi di
peristiwa tugas ke-empat menandakan bahwa kita mengalami yang namanya kendor
semangat. Entah kita terlalu semangat dengan kuliah atau kita terlalu banyak
menjalani aktivitas. Begitu pula dalam hal ibadah, kita solat, puasa, ikut
pengajian, dan mengaji, ada masa kita semangat ada juga masa kita lagi malas.
Dari Mujahid, ia berkata, aku dan Yahya bin Ja’dah
pernah menemui salah seorang Anshor yang merupakan sahabat
Rasulullahshallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata, para sahabat Rasul
membicarakan bekas budak milik Bani ‘Abdul Muthollib. Ia berkata bahwa ia biasa
shalat malam (tanpa tidur) dan biasa berpuasa (setiap hari tanpa ada waktu
luang untuk tidak puasa).
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Akan
tetapi aku tidur dan aku shalat malam. Aku pun puasa, namun ada waktu bagiku
untuk tidak berpuasa. Siapa yang mencontohiku, maka ia termasuk golonganku.
Siapa yang benci terhadap ajaranku, maka ia bukan termasuk golonganku. Setiap
amal itu ada masa semangat dan ada masa malasnya. Siapa yang rasa malasnya
malah menjerumuskan pada bid’ah/ perkara yang tidak ada anjurannya dalam agama,
maka ia sungguh telah sesat. Namun siapa yang rasa malasnya masih di atas
sunnah/ajaran Rasul, maka dialah yang mendapat petunjuk.” (HR. Ahmad 5: 409).
Begitulah, bahkan dulu para Sahabat Rasulullah
terlalu semangat dalam beribadah hingga ingin melakukan ibadah lebih-dan lebih.
Disini kita bisa mengambil pelajaran bahwa sungguh kesibukan yang mendekatkan
diri kita kepada Allah akan tersa lezat untuk diri ini dibandingkan ketika kita
sibuk dengan aktivitas-aktivitas dunia kita sehari-hari yang terkadang
melelahkan. Namun terlalu bersemangat juga tidak baik, karena Rasulullah telah
memberikan contoh dengan sunnah nya. Meski begitu, sungguh anjuran bagi kita
solat 5 waktu sehari sangatlah sedikit jika kita
ingin bandingkan dengan segala nikmat yang Allah Subhana Wata’ala berikan kepada
kita, namun mengapa kita terkadang masih lalai darinya.
Kita lihat di dalam keseharian kita, yang kita
datang jauh dari daerah kita masing-masing, pergi meninggalkan orang tua kita,
rela meninggalkan rumah kita yang nyaman dan tinggal di sebuah kamar kost yang
kecil untuk menuntut ilmu, hingga meraih cita-cita. Namun kita terkadang
tergoda untuk memperbanyak kesibukan yang tidak jelas pada dasarnya, yang kita
mungkin hanya tergoda atau ikut-ikutan dengan teman kita sehingga kita memiliki
banyak aktivitas yang tidak hanya kuliah. Untuk itu kita harusnya berhati-hati
dan kami tidak melarang akan kita semua menambah aktivitas yang bisa bermanfaat
bagi kita semua. Yang kita harapkan ialah kita melakukan yang terbaik untuk
semua tindakan kita, karena semua tindakan akan bernilai amalan baik atau buruk.
Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata bahwa ia telah
menikahi wanita dari Quraisy, namun ia tidaklah mendatanginya karena sibuk
puasa dan shalat (malam). Lalu ia menceritakan hal
ini kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
kemudian beliau bersabda, “Berpuasalah setiap bulannya selama tiga hari.” “Aku
mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Lalu ia terus menjawab yang sama sampai
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam katakan padanya, “Puasalah sehari dan tidak
berpuasa sehari. Sebagai mana nabi Daud berpuasa” Lalu Nabi shallallahu ‘alaihi
wa sallam juga berkata padanya, “Khatamkanlah Al Qur’an dalam sebulan sekali.”
“Aku mampu lebih daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam, “Khatamkanlah Al Qur’an setiap 15 hari.” “Aku mampu lebih
daripada itu”, jawabnya. Kalau begitu kata Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“Khatamkanlah Al Qur’an setiap 7 hari.” Lalu ia terus menjawab yang sama sampai
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Khatamkanlah setiap 3 hari.” Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam pun bersabda, “Ingatlah setiap amalan itu ada
masa semangatnya. Siapa yang semangatnya dalam koridor ajaranku, maka ia
sungguh beruntung. Namun siapa
yang
sampai futur (malas) hingga keluar dari ajaranku, maka dialah yang binasa.”
(HR. Ahmad 2: 188. Sanad hadits ini shahih sesuai syarat Bukhari-Muslim,
demikian kata Syaikh Syu’aib Al Arnauth)
Beberapa riwayat di atas menunjukkan bahwa setiap
orang akan semangat dalam sesuatu, dan waktu ia kendor semangatnya. Dan di
antara sebab mudah futur (malas dalam ibadah) adalah karena terlalu berlebihan
dalam suatu amalan. Sehingga sikap yang bagus adalah pertengahan dalam amalan
atau belajar, tidak meremehkan dan tidak berlebihan.
Adapun yang
dapat dijadikan sebagai contoh dari semangat keilmuan adalah:
Rasulullah
itu sendiri merupakan contoh teladan yang tidak mengenal lelah dalam mencari
ilmu, Beliau senantiasa membaca dan menimba ilmu dari alam rasa dan yang
semuanya bersumber dari Allah Subhana Wata’ala.
Apabila
ada suatu majlis maka bergabunglah karena pasti disana akan didapatkan suatu
pengetahuan baru yang akan menambah wawasan dan referensi sehingga kita dapat
mengaplikasikan apa
yang
didapatkan. Seperti contoh sahabat Nabi yang pulang dari medan perang. Beliau
tetap bergabung dalam majlis ilmu yang dilaksanakan oleh Nabi. Dalam dunia kita
saat ini yaitu seringlah mengikuti kegiatan yang dilaksanakan oleh pihak-pihak
yang peduli dengan bidang-bidang keilmuan.
Kekuatan seorang
mukmin bersumber dari hati. Jika hatinya kuat, maka badannya juga demikian. Hal
terakhir yang ingin kami sampaikan bahwa sumber dari segala daya dan kekuatan
yang mendorong kita untuk tetap semangat adalah kekuatan dari dalam hati, maka
dari itu kita perlu memperhatikan hati kita. Hati ibarat seorang raja yang
mengatur bala tentaranya. Ia member perintah dan berbuat sesuka hati. Hati
ibarat raja bagi jasad, sementara jasad ibarat tentara yang siap melaksanakan
perintah dan menerima petunjuk. yaa
muqollibal qulub tsbit qolbi ‘alaa diinik [wahai jiwa yang maha
membolak-balikkan hati, tundukkanlah hatiku kepada agamamu] Wallahul
musta'aan[ilham bin ansar]
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Kalender
Cari Penginapan?
Popular Posts
-
Belakangan ini demonstrasi sudah bisa dikatakan sangat lumrah di negara kita. Banyak orang mengatakan bahwa “demonstrasi” a...
-
Sungguh Allah telah membukakan hati-hati hambaNya dengan hidayah keimanan. Dengan keimanan itulah Allah melunakkan hati-hati hambaNya unt...
-
Assalamu’alaikum …Segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah Subhana wa ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap kita curahkan kepada bag...
0 komentar:
Posting Komentar
Afwan, silahkan tinggalkan komentar antum terhadap blog ini.