Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Rabu, 13 Mei 2015

On 5/13/2015 04:42:00 PM by KBM FT UNM in    No comments

Penulis: Abu Muhammad (Alumni LDF-RM FT UNM '09)

“Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaknya menuntut ilmu dan barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaknya ia menuntut ilmu” (Imam Asy-Syafi’i)

Pembaca yang budiman, ilmu yang kita pelajari di kampus ini mungkin akan menjadi sebab kebahagiaan kita di dunia ini.  Masing-masing kita, masuk ke fakultas/jurusan yang kita anggap sesuai dengan bakat dan potensi kita dan kita berharap agar kelak seusai menamatkan kuliah, kita akan mendapatkan pekerjaan yang baik dengan penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan kita, baik kebutuhan primer, sekunder maupun kebutuhan tersier.

Para pembaca rahimakumullah, namun begitu, tidak semua kita akan berhasil menggapai mimpinya untuk bisa menyelesaikan pendidikannya.  Banyak di antara teman-teman kita yang harus kandas di tengah jalan.  Mereka akhirnya berhenti kuliah, dengan berbagai sebab.  Lalu, apakah dengan hal itu, kita bisa men-judge mereka yang berhenti kuliah/putus sekolah sebagai orang-orang yang gagal?  Tentu tidak.  Banyak contoh orang-orang yang pendidikannya kandas namun mampu meraih sukses (di dunia).  Momen kegagalan di satu sisi mereka jadikan batu loncatan untuk bangkit dan meraih kesuksesan dari sisi yang lain.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, yang maknanya, “Kaliah lebih tahu tentang urusan dunia kalian”.   Artinya, untuk perkara dunia, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kesempatan selebar-lebarnya kepada kita untuk mempelajari segala sesuatu yang bisa mendatangkan kemaslahatan(kemanfaatan), selama tidak bertabrakan dengan aturan-aturan yang Allah dan rasul-Nya telah tetapkan.  Oleh karenanya, untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia, silakan pelajari ilmu apa saja yang bisa mendatangkan manfaat buat dunia kita.

.: Ilmu Agama Lebih Utama untuk Dipelajari :.

Belajar ilmu umum/ilmu dunia saja tidak cukup.  Mungkin dengan menguasai ilmu umum berupa sains, teknologi, ilmu sosial, ilmu ekonomi atau yang lainnya akan membuat kita bisa meraih kebahagiaan dalam kehidupan dunia.  Namun perlu kita ingat, bahwa masa yang Allah berikan kita untuk berada di dunia ini sangat singkat dan terbatas.  Sementara akhirat, adalah negeri keabadian, selama-lamanya.  Lantas, cukupkah dengan bekal ilmu umum yang kita pelajari di kampus ini untuk bisa menjadikan kita bahagia di akhirat sebagaimana kita telah berbahagia di dunia dengannya?

Para pembaca yang budiman, tugas untuk mempelajari ilmu agama bukan hanya bagi mereka yang belajar di pesantren-pesantren, madrasah-madrasah atau kampus-kampus islam.  Mempelajari ilmu agama adalah tugas kita semua sebagai umat islam.  Kita mungkin masih ingat pelajaran kita sewaktu di sekolah dulu, tentang tiga pertanyaan malaikat yang akan diajukan saat seorang manusia baru dikuburkan. Siapa Rabb(tuhan)mu? Apa agamamu? Dan Siapa Nabimu?  Apakah pertanyaan ini hanya akan ditujukan malaikat kepada mereka yang alumni pesantren atau alumni universitas islam dan tidak akan ditanyakan kepada kita yang notabene berasal dari kampus umum? Jawabannya sudah jelas, kita semua-tanpa terkecuali- akan ditanyai.  Jika tidak mampu menjawab, betapa pedih siksa yang akan menimpa.  Namun jika mampu menjawab dengan baik maka kelapangan dan kebahagiaan yang akan dijumpai.  Kita pun mungkin masih ingat bahwa bukan sekedar lisan yang membuat kita mampu menjawab, namun amalan-amalan shalih kita ketika hidup di dunia yang akan membantu kita dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat tersebut.  Namun bagaimana mungkin kita akan beramal shalih jika tanpa ilmu?  Maka belajar ilmu agama adalah hal mutlak bagi setiap muslim.  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah, shohih)

.: Orang yang memiliki ilmu agama akan dimuliakan Allah :.

Allah ‘azza wa jalla menyebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Mujadalah(58) ayat ke-11 tentang kemuliaan orang yang berilmu, yang artinya,

Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu di antara kalian dengan beberapa derajat”.

Ayat ini banyak digunakan oleh para pengajar/guru untuk memotivasi dirinya atau siswanya agar semangat menuntut ilmu yang dia ajarkan.  Padahal boleh jadi yang dia ajarkan bukan ilmu agama, tapi ilmu umum semisal matematika, bahasa inggris atau IPA.  Ini tentu kurang tepat, sebab makna “al-ilmu” yang dimaksud adalah ilmu agama,  sebagaimana yang dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-Atsqolaniy rahimahullah dalam Fathul Bari’.

Sehingga sudah jelas bagi kita, bahwa orang yang menuntut ilmu agama akan dimuliakan oleh Allah dan ditinggikan derajatnya.  Bagaimana perasaan kita jika Pak Presiden memuliakan kita? Betapa bangganya kita.  Lalu, bagaimana perasaan kita jika Rabb(Tuhan)nya presiden yang memuliakan kita?  Dialah yang mampu memberi kita keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

.: Beda Buruan Anjing Terlatih dan Anjing Liar :.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
Jika engkau ingin melepas anjing (pemburu yang telah dilatih), maka ucapkanlah ‘bismillah’. Jika ia menangkap sesuatu untukmu, lalu engkau mendapati hasil buruan tersebut dalam keadaan hidup, maka sembelihlah. Jika engkau mendapati hasil buruan tersebut dibunuh oleh anjing buruan itu dan ia tidak memakannya, maka makanlah hasil buruan tersebut. Jika engkau mendapati anjingmu bersama anjing lain dan hewan buruan tersebut sudah ia bunuh, maka janganlah memakannya karena engkau tidaklah tahu siapa yang membunuh hewan buruan tersebut.(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas memiliki faidah yang sangat banyak.  Salah satunya adalah bagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membedakan hasil buruan antara anjing yang telah diajari ‘ilmu berburu’ dan anjing liar.  Hasil buruan anjing yang telah dilatih berburu hukumnya halal untuk dimakan sedangkan buruan anjing liar dihukumi bangkai (berarti haram dimakan).  Ini berarti, kedudukan anjing yang telah dilatih (diajari ‘ilmu berburu’) lebih baik daripada anjing yang tak terlatih(anjing liar), meskipun sama-sama anjing.  Perhatikan bagaimana ilmu telah mengangkat kedudukan satu anjing dibanding anjing yang lain.

Bagaimana lagi dengan manusia, tentunya yang berilmu lebih mulia di sisi Allah dibanding yang tidak berilmu.

.: Ilmu yang Paling Penting dan Mendesak :.

Ilmu yang paling penting dan mendesak untuk dipelajari saat ini bagi kita yang baru ingin serius mempelajari agama adalah ilmu tauhid (mengesakan Allah).  Dan juga mengetahui lawan dari tauhid, yaitu syirik (menyekutukan Allah).  

Betapa banyak kaum muslim hari ini yang pada kartu identitasnya tertera agamanya islam namun masih melakukan hal-hal yang melanggar tauhid dan mengarah kepada kesyirikan.

Pembaca yang budiman, begitu banyak peringatan baik dalam Al-Quran maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik.   Tauhid yang benar akan menjadi sebab keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.  Sedangkan syirik adalah dosa terbesar, bisa merusak bahkan membatalkan pahala amal-amal, dan juga mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka.

Jika ada seseorang yang lisannya berdzikir tiap saat, puasa tiap hari, sedekah milyaran tiap bulan, bahkan naik haji tiap tahun, sementara di sisi lain ia juga melakukan perbuatan kesyirikan, maka semua amalan-amalan kebaikan tersebut akan sia-sia, terhapus, batal, dan tidak ada nilainya di sisi.  Allah ta’ala berfirman:

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu berbuat syirik (mempersekutukan Allah), niscaya akan terhapuslah
amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi
.  
(QS:Az-Zumar Ayat: 65)

Duh, betapa bahayanya syirik.

.: Mari Belajar Ilmu Agama :.

Oleh karena itu, tidak akan mungkin kita bisa membedakan dengan benar antara tauhid dan syirik kecuali dengan belajar ilmu agama.  Mari kita semangat dalam belajar agama islam dari para dai/ustadz yang jelas keilmuannya, sebisa mungkin kita menghadiri pengajian, atau belajar melalui media radio dan televisi, membaca buku atau mendengar rekaman kajian.  Jangan lelah dalam belajar agama islam.  Masih ingatkah kita dengan kata bijak? “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”.  Semoga dengan mempelajari agama ini, Allah berkenan memberikan kepada kita kebahagiaan yang kita damba-dambakan, di dunia dan akhirat.

Inilah sedikit goresan dari penulis sebagai bentuk nasihah kepada kaum muslimin, semua yang benar datangnya dari Allah, dan atas kekeliruan yang ada kami beristighfar kepada Allah rabbul jalaali wal ‘izzah.

(Lahabaru, Januari 2015)

0 komentar:

Posting Komentar

Afwan, silahkan tinggalkan komentar antum terhadap blog ini.