Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Rabu, 13 Mei 2015

On 5/13/2015 04:45:00 PM by KBM FT UNM in    No comments

ditulis oleh: Abu Muhammad Risaluddin (Alumni LDF-RM FT UNM '09)

Kematian, sebuah hal yang sering menghantui kita semua, termasuk saya.  Kematian akan menghancurkan bangunan-bangunan impian yang telah dan sedang kita usahakan.  Lalu apa?  Kita akan dimasukkan ke dalam lubang berukuran sempit, bernama kuburan.



Kematian, sangat efektif menghancurkan semua kengkuhan dan keserakahan.  Kematian, mampu menghentikan paksa semua bentuk kedurhakaan kepada-Nya yang Mahalembut kepada hamba-hambaNya.


Mungkin ada rasa ngeri dan belum siap menghadapi kematian.  Salah satu alasannya adalah menggunungnya dosa.  Belum ada jaminan  bagi kita bahwa dosa kita telah diampuni.  Pun, kita minta ampun seringkali setengah hati –tanpa diiringi tangisan penyesalan.  Begitu juga yang saya rasakan.  Tapi, apakah akan terus menerus dalam perasaan tidak siap?  Sementara kemtian akan dating, entah kita siap atau tidak.



Sejak dini, kita harus sudah bersiap-siap menghadapi kematian.  Harus banyak mengingat kematian, seperti pesan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Perbanyaklah mengingat pemutus kelezatan (yakni kematian)”. 



Istiqomahlah



Hidup dalam keistiqomahan memang berat.  Mungkin –sering- kita berhasil meninggalkan sebuah kebiasaan buruk atau rutin melakukan suatu ibadah beberapa waktu lamanya.  Tapi itu bukan jaminan bahwa kita sudah istiqomah.  Boleh jadi –bahkan sering baru beberapa hari- kita sudah merasa istiqomah- ternyata justru hari itu kita kembali future.  Memang berat.  Kita harus bersabar.  Sabar dalam menjalankan ketaatan dan sabar dalam menjauhi kemaksiatan.



Semakin sulit lagi, jika kita telah dikuasai setan akibat gelapnya hati karena keseringan bermaksiat.  Setan akan mudah menyetir kita.  Semua keinginan setan dituruti, dan ini artinya semakin banyak kemaksiatan kita lakukan.  Na’udzu billahi min dzalik



Apakah kita siap menghadap Allah?  Sementara maksiat-maksiat dan dosa-dosa kita sudah begitu menggunung?  Jujur, kita (saya) belum siap.  Tapi, apakah malaikat mau menunggu sampai kita siap?  Tidak!  Jika demikian kenyataannya, tiada jalan lain, kita harus mulai bersiap.



Meski dosa begitu menumpuk, janganlah putus asa.  Tetaplah berprasangkan baik kepada Allah, sebagaimana Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam sabdakan, “Innii ‘alaa dzhonni ‘abdiy” (Sesungguhnya Aku bergantung pada persangkaan hambaku).  Kini, saya berharap dan berprasangka baik bahwa Allah al-ghofuururrohiim akan mengampuni segala dosa-dosaku.  Dan kita harus berprasangka baik bahwa Allah akan member taufik kepada kita untuk meninggalkan dosa-dosa dan kebiasaan buruk kita serta menjadikan kita cinta untuk bertaqorrub kepada-Nya.



Ketahuilah, hidup di jalan Allah lebih sulit daripada mati di jalan Allah.  Wahai diri, tetaplah istiqomah.

Allahummaghfirly wa liwaalidayya warhamhumaa kamaa rabbayaanii shogiiro..

Allahumma inni as’aluka khusnul khotimah wa a’uudzu bika min su’il khotimah..



Masjid Hijaz Depok, 15 Dzulqo’dah 1435/10-9-2014, 11.07 pm

On 5/13/2015 04:42:00 PM by KBM FT UNM in    No comments

Penulis: Abu Muhammad (Alumni LDF-RM FT UNM '09)

“Barangsiapa yang menginginkan dunia, maka hendaknya menuntut ilmu dan barangsiapa yang menginginkan akhirat, maka hendaknya ia menuntut ilmu” (Imam Asy-Syafi’i)

Pembaca yang budiman, ilmu yang kita pelajari di kampus ini mungkin akan menjadi sebab kebahagiaan kita di dunia ini.  Masing-masing kita, masuk ke fakultas/jurusan yang kita anggap sesuai dengan bakat dan potensi kita dan kita berharap agar kelak seusai menamatkan kuliah, kita akan mendapatkan pekerjaan yang baik dengan penghasilan yang bisa mencukupi kebutuhan kita, baik kebutuhan primer, sekunder maupun kebutuhan tersier.

Para pembaca rahimakumullah, namun begitu, tidak semua kita akan berhasil menggapai mimpinya untuk bisa menyelesaikan pendidikannya.  Banyak di antara teman-teman kita yang harus kandas di tengah jalan.  Mereka akhirnya berhenti kuliah, dengan berbagai sebab.  Lalu, apakah dengan hal itu, kita bisa men-judge mereka yang berhenti kuliah/putus sekolah sebagai orang-orang yang gagal?  Tentu tidak.  Banyak contoh orang-orang yang pendidikannya kandas namun mampu meraih sukses (di dunia).  Momen kegagalan di satu sisi mereka jadikan batu loncatan untuk bangkit dan meraih kesuksesan dari sisi yang lain.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda sebagaimana yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dalam kitab Shahihnya, yang maknanya, “Kaliah lebih tahu tentang urusan dunia kalian”.   Artinya, untuk perkara dunia, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberikan kesempatan selebar-lebarnya kepada kita untuk mempelajari segala sesuatu yang bisa mendatangkan kemaslahatan(kemanfaatan), selama tidak bertabrakan dengan aturan-aturan yang Allah dan rasul-Nya telah tetapkan.  Oleh karenanya, untuk mendapatkan kebahagiaan di dunia, silakan pelajari ilmu apa saja yang bisa mendatangkan manfaat buat dunia kita.

.: Ilmu Agama Lebih Utama untuk Dipelajari :.

Belajar ilmu umum/ilmu dunia saja tidak cukup.  Mungkin dengan menguasai ilmu umum berupa sains, teknologi, ilmu sosial, ilmu ekonomi atau yang lainnya akan membuat kita bisa meraih kebahagiaan dalam kehidupan dunia.  Namun perlu kita ingat, bahwa masa yang Allah berikan kita untuk berada di dunia ini sangat singkat dan terbatas.  Sementara akhirat, adalah negeri keabadian, selama-lamanya.  Lantas, cukupkah dengan bekal ilmu umum yang kita pelajari di kampus ini untuk bisa menjadikan kita bahagia di akhirat sebagaimana kita telah berbahagia di dunia dengannya?

Para pembaca yang budiman, tugas untuk mempelajari ilmu agama bukan hanya bagi mereka yang belajar di pesantren-pesantren, madrasah-madrasah atau kampus-kampus islam.  Mempelajari ilmu agama adalah tugas kita semua sebagai umat islam.  Kita mungkin masih ingat pelajaran kita sewaktu di sekolah dulu, tentang tiga pertanyaan malaikat yang akan diajukan saat seorang manusia baru dikuburkan. Siapa Rabb(tuhan)mu? Apa agamamu? Dan Siapa Nabimu?  Apakah pertanyaan ini hanya akan ditujukan malaikat kepada mereka yang alumni pesantren atau alumni universitas islam dan tidak akan ditanyakan kepada kita yang notabene berasal dari kampus umum? Jawabannya sudah jelas, kita semua-tanpa terkecuali- akan ditanyai.  Jika tidak mampu menjawab, betapa pedih siksa yang akan menimpa.  Namun jika mampu menjawab dengan baik maka kelapangan dan kebahagiaan yang akan dijumpai.  Kita pun mungkin masih ingat bahwa bukan sekedar lisan yang membuat kita mampu menjawab, namun amalan-amalan shalih kita ketika hidup di dunia yang akan membantu kita dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan malaikat tersebut.  Namun bagaimana mungkin kita akan beramal shalih jika tanpa ilmu?  Maka belajar ilmu agama adalah hal mutlak bagi setiap muslim.  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ
”Menuntut ilmu itu wajib atas setiap muslim”. (HR. Ibnu Majah, shohih)

.: Orang yang memiliki ilmu agama akan dimuliakan Allah :.

Allah ‘azza wa jalla menyebutkan dalam Al-Qur’an surah al-Mujadalah(58) ayat ke-11 tentang kemuliaan orang yang berilmu, yang artinya,

Niscaya Allah akan meninggikan derajat orang yang beriman dan berilmu di antara kalian dengan beberapa derajat”.

Ayat ini banyak digunakan oleh para pengajar/guru untuk memotivasi dirinya atau siswanya agar semangat menuntut ilmu yang dia ajarkan.  Padahal boleh jadi yang dia ajarkan bukan ilmu agama, tapi ilmu umum semisal matematika, bahasa inggris atau IPA.  Ini tentu kurang tepat, sebab makna “al-ilmu” yang dimaksud adalah ilmu agama,  sebagaimana yang dijelaskan Imam Ibnu Hajar al-Atsqolaniy rahimahullah dalam Fathul Bari’.

Sehingga sudah jelas bagi kita, bahwa orang yang menuntut ilmu agama akan dimuliakan oleh Allah dan ditinggikan derajatnya.  Bagaimana perasaan kita jika Pak Presiden memuliakan kita? Betapa bangganya kita.  Lalu, bagaimana perasaan kita jika Rabb(Tuhan)nya presiden yang memuliakan kita?  Dialah yang mampu memberi kita keselamatan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

.: Beda Buruan Anjing Terlatih dan Anjing Liar :.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:
Jika engkau ingin melepas anjing (pemburu yang telah dilatih), maka ucapkanlah ‘bismillah’. Jika ia menangkap sesuatu untukmu, lalu engkau mendapati hasil buruan tersebut dalam keadaan hidup, maka sembelihlah. Jika engkau mendapati hasil buruan tersebut dibunuh oleh anjing buruan itu dan ia tidak memakannya, maka makanlah hasil buruan tersebut. Jika engkau mendapati anjingmu bersama anjing lain dan hewan buruan tersebut sudah ia bunuh, maka janganlah memakannya karena engkau tidaklah tahu siapa yang membunuh hewan buruan tersebut.(HR. Bukhari dan Muslim)
Hadits di atas memiliki faidah yang sangat banyak.  Salah satunya adalah bagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam membedakan hasil buruan antara anjing yang telah diajari ‘ilmu berburu’ dan anjing liar.  Hasil buruan anjing yang telah dilatih berburu hukumnya halal untuk dimakan sedangkan buruan anjing liar dihukumi bangkai (berarti haram dimakan).  Ini berarti, kedudukan anjing yang telah dilatih (diajari ‘ilmu berburu’) lebih baik daripada anjing yang tak terlatih(anjing liar), meskipun sama-sama anjing.  Perhatikan bagaimana ilmu telah mengangkat kedudukan satu anjing dibanding anjing yang lain.

Bagaimana lagi dengan manusia, tentunya yang berilmu lebih mulia di sisi Allah dibanding yang tidak berilmu.

.: Ilmu yang Paling Penting dan Mendesak :.

Ilmu yang paling penting dan mendesak untuk dipelajari saat ini bagi kita yang baru ingin serius mempelajari agama adalah ilmu tauhid (mengesakan Allah).  Dan juga mengetahui lawan dari tauhid, yaitu syirik (menyekutukan Allah).  

Betapa banyak kaum muslim hari ini yang pada kartu identitasnya tertera agamanya islam namun masih melakukan hal-hal yang melanggar tauhid dan mengarah kepada kesyirikan.

Pembaca yang budiman, begitu banyak peringatan baik dalam Al-Quran maupun hadits-hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang pentingnya tauhid dan bahayanya syirik.   Tauhid yang benar akan menjadi sebab keselamatan dan kebahagiaan dunia dan akhirat.  Sedangkan syirik adalah dosa terbesar, bisa merusak bahkan membatalkan pahala amal-amal, dan juga mengakibatkan pelakunya kekal di dalam neraka.

Jika ada seseorang yang lisannya berdzikir tiap saat, puasa tiap hari, sedekah milyaran tiap bulan, bahkan naik haji tiap tahun, sementara di sisi lain ia juga melakukan perbuatan kesyirikan, maka semua amalan-amalan kebaikan tersebut akan sia-sia, terhapus, batal, dan tidak ada nilainya di sisi.  Allah ta’ala berfirman:

Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (nabi-nabi) yang
sebelummu. "Jika kamu berbuat syirik (mempersekutukan Allah), niscaya akan terhapuslah
amalmu
dan tentulah kamu termasuk orang-orang yang merugi
.  
(QS:Az-Zumar Ayat: 65)

Duh, betapa bahayanya syirik.

.: Mari Belajar Ilmu Agama :.

Oleh karena itu, tidak akan mungkin kita bisa membedakan dengan benar antara tauhid dan syirik kecuali dengan belajar ilmu agama.  Mari kita semangat dalam belajar agama islam dari para dai/ustadz yang jelas keilmuannya, sebisa mungkin kita menghadiri pengajian, atau belajar melalui media radio dan televisi, membaca buku atau mendengar rekaman kajian.  Jangan lelah dalam belajar agama islam.  Masih ingatkah kita dengan kata bijak? “Tuntutlah ilmu dari buaian sampai liang lahat”.  Semoga dengan mempelajari agama ini, Allah berkenan memberikan kepada kita kebahagiaan yang kita damba-dambakan, di dunia dan akhirat.

Inilah sedikit goresan dari penulis sebagai bentuk nasihah kepada kaum muslimin, semua yang benar datangnya dari Allah, dan atas kekeliruan yang ada kami beristighfar kepada Allah rabbul jalaali wal ‘izzah.

(Lahabaru, Januari 2015)
On 5/13/2015 04:28:00 PM by KBM FT UNM in    No comments

ditulis oleh: Abu Muhammad (Alumni LDF RM FT-UNM '09)


Sudah masyhur di kalangan anak-anak, ratusan tontonan di TV yang ber-genre action.  Di antara tokoh-tokoh dalam fim tersebut ada yang menyebut diri mereka sebagai “Penyelamat Bumi”.  Tersebutlah, Power Ranger misalnya, dengan segala variasinya, Power Ranger beranggotakan lima pahlawan (anka warna) ini bertugas menjaga bumi dari monster-monster jahat yang datang dari luar angkasa.  Begitu pula tokoh-tokoh lain semisal Superman, Batman, Satria Baja Hitam, Avatar dan lain-lain.  Pertanyaannya, pantaskan mereka dijuluki “Sang Penyelamat Bumi”?  jangankan menjaga bumi, bahkan mereka semua hanyalah tokoh fiktif hasil khayalan orang-orang yang menghayalkannya.

Masalahnya bukan hanya sekadar itu, tapi kini anak-anak kita banyak yang bermimpi bahkan bercita-cita suatu saat kelak akan bisa seperti tokoh-tokoh “Penyelamat Bumi” itu.  Bahkan ada yang sampai terbawa dalam mimpi saat ia tidur –sebagaimana yang pernah dialami penulis semasa kanak-kanak dulu- Wallahul musta’an.

Menjaga dan mengelola bumi merupakan tugas mulia.  Merupakan cita-cita mulia jika anak-anak kita mendambakannya.  Amanah menjaga dan mengelola bumi diberikan langsung oleh Allah -yang menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya- kepada manusia, makhluk yang lemah, dzolim dan bodoh. 

“Sesungguhnya Kami telah menawarkan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung; tetapi semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir tidak akan melaksanakannya (berat), lalu dipikullah amanat itu oleh manusia.  Sungguh, manusia itu sangat zalim dan sangat bodoh” (Terjemah QS. Al-Ahzab ayat:72)

Lantas, bagaimana kita mejadi penyelamat bumi dari kehancuran?  Apakah harus memiliki kekuatan super?  Ataukah memiliki teknologi mutakhir?  Jawabannya, tidak perlu seperti itu.  Untuk merealisasikan cita-cita anak-anak kita menjadi “penyelamat bumi” yaitu dengan mengarahkan mereka mempelajari tauhid, mengamalkan dan mendakwahkannya kepada manusia.  Demikianlah, mentauhidkan/mengesakan Allah adalah tujuan diciptakannya manusia dan jin.


“Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepada-Ku” (Terjemah QS. Adz-Dzariat:56)

Liya’buduun” (Agar mereka menyembah-Ku) dalam ayat tersebut ditafsirkan oleh para ulama dengan “Liyuwahhiduun” (agar mereka mentauhidkan-Ku).

Dengan merealisasikan Tauhid, maka keamanan dan kesejahteraan bumi akan tetap terjaga.

“... dan Dia benar-benar mengubah keadaan (mereka), setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa.  Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak  mempersekutukan-Ku dengan sesuatu pun...” (QS. An-Nur:55)

Allah akan menjadikan bumi ini tetap aman jika penguninya tetap menyembah dan mentauhidkan Allah azza wa jalla.  Disini bisa kita simpulkan, para “Penyelamat Bumi” adalah orang-orang yang mentauhidkan Allah.

Tidak lupa, “Penyelamat Bumi” tersebut juga harus memahami tentang syirik –yang merupakan lawan dari tauhid.  Agar mereka tidak melakukan hal-hal kesyirikan. Dan agar mereka mengingatkan manusia dari bahayanya kesyirikan.  Bumi ini akan kembali dalam ketidakamanan jika kesyirikan merajalela.

Mari menjadi “Penyelamat Bumi” dengan menjadi penyeru di jalan Tauhid.

Jonggol, 4 Rajab 1436/3-5-2015, 8.11 am @ MQ

Sabtu, 11 April 2015

On 4/11/2015 04:27:00 AM by KBM FT UNM   No comments
99. Ummul mukminin, Aisyah r.a. berkata: Pertama turunnya wahyu kepada Nabi saw. berupa mimpi yang baik dan tepat,  setiap bermimpi pada waktu malam, maka terjadilah mimpi itu pada esok harinya bagaikan pastinya terbitnya fajar Subuh.   Kemudian ia menjadi senang menyendiri di gua Hira, di sana ia beribadah beberapa hari dengan malamnya sebelum kembali kepada istrinya untuk mengambil bekal dan kembali ke tempat khalwatnya, kemudian kembali kepada istrinya Siti Khadijah dan mengambil bekal pula seperti semula, sehingga tibalah masa turunnya wahyu yang haq ketika Nabi di gua Hira.  Maka datanglah Malaikat dan menyuruhnya: Iqra’ (bacalah).   Nabi saw. berkata:  Ma ana biqaari’ (Aku tidak dapat membaca),  tiba-tiba malaikat mendekapnya sehingga habis tenaganya, kemudian dilepas dan diperintah: Iqra’ (bacalah).  Dijawab:  Ma ana biqaari’ (Aku tidak dapat membaca).  Maka dibekap untuk kedua kalinya sehingga terasa payah, kemudian dilepas dan diperintah: Iqra’ (bacalah).  Dijawab :  Ma ana biqaari’ (Aku tidak dapat membaca), maka dibekap untuk ketiga kalinya, kemudian dilepas dan diperintah  Iqra’ bismi rabbikalladzi khalaqa, khalaqal insana min ‘alaq, iqra’ wa rabbukal akram. (Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan, menjadikan manusia dari sekepal darah, bacalah dan Tuhanmu yang termulia).
Maka kembalilah Rasulullah saw. dengan hati yang gemetar, sehingga sampai ke rumah Khadijah binti Khuwailid r.a. dan berkata:  Selimutilah aku (zammiluni, zammiluni),  lalu diselimuti dan ditenangkan hingga hilang rasa takut dan gemetarnya, lalu Nabi saw. bersabda kepada Khadijah sesudah menceritakan semua kejadian yang dialaminya:  Aku khawatir atas diriku.  Jawab Khadijah untuk menenangkan hatinya:  Tidak, jangan khawatir. Demi Allah, Allah tidak akan menghinakan engkau untuk selamanya. Engkau selalu menghubungi famili, senang menanggung kesukaran yang berat, membantu orang yang fakir miskin, menjamu tamu, dan membantu meringankan penderitaan yang hak.
Kemudian Khadijah membawanya ke rumah Waraqah bin Naufal bin Asad bin Abdul Uzza sepupu Siti Khadijah. Waraqah adalah seorang yang telah masuk Nasrani di masa Jahiliah, dan biasa menulis injil yang berbahasa Ibrani, dan ia seorang yang telah tua bahkan buta, maka berkata Khadijah:  Hai anak pamanku, dengarkanlah apa yang diutarakan oleh keponakanmu ini.  Waraqah berkata:  Hai keponakanku apakah yang telah engkau alami?  Maka Nabi saw. memberitakan semua yang dialami dan dilihatnya.  Lalu berkata waraqah:  Itu malaikat yang telah diturunkan oleh Allah kepada Musa.  Aduhai andaikan aku masih muda dan kuat, semoga aku masih hidup ketika engkau diusir oleh kaummu.  Nabi saw. bertanya:  Apakah mereka akan mengusirku?  Jawab Waraqah:  Ya, tiada seorangpun yang mengajar kepada kaumnya seperti ajaranmu itu melainkan dimusuhi, dan sekiranya aku mendapati saat itu pasti aku akan membantumu dengan bantuan yang memuaskan dan gemilang.  (Bukhari, Muslim).

Selasa, 07 April 2015

On 4/07/2015 11:17:00 AM by KBM FT UNM   No comments