Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar

Jumat, 11 Mei 2012

On 5/11/2012 08:51:00 AM by KBM FT UNM in    No comments
JUMAT.  19 JUMADIL AKHIRAH 1433H/ 11 MEI 2012

Assalamu’alaikum…  Apa kabar pembaca? Semoga selalu baik dan sehat wal ‘afiat dalam penjagaan Allah. Amin.  Alhamdulillah, setelah sempat tidak terbit selama dua bulan, kini buletin kesayangan kita ini kembali hadir di tengah-tengah kita.  Dengan penampilan barunya yang ‘UNM’ banget, mudah-mudahan para pembaca semakin antusias membaca buletin kita ini. 
Thoyyib, pada terbitan perdana untuk kepengurusan KBM periode ini (atau terbitan ke-20 jika dihitung dari periode sebelumnya) kami mengangkat satu kisah sarat hikmah yang kami nukilkan dari buku berjudul Teladan untuk Ananda yang ditulis oleh Ustadz H. Muhammad Ihsan zainuddin, Lc.,M.Si., salah seorang penulis buku-buku islami nasional yang juga merupakan warga kota kita tercinta ini; Makassar.
Thoyyib, langsung saja kita baca kisahnya ya
Kisah ini adalah kisah yang sangat masyhur dan banyak dinukil oleh para ulama. Kisah yang membuktikan bahwa yang terbaik adalah apa yang dipilihkan Allah untuk kita.
Dahulu hiduplah seorang raja. Disisi singgasananya, selalu hadir seorang menteri yang paling ia sayangi dan sangat dekat dengannya. Setiap keputusannya pasti selalu didahului dengan meminta pandangan sang menteri.
Suatu ketika, terjadilah sebuah peristiwa yang menyedihkan Sang Raja. Sebuah kecelakaan menyebabkan tangannya mengalami cacat. Maka ia pun memperlihatkannya kepada sang menteri terhadap peristiwa itu.
“Itulah yang terbaik, wahai Raja. Karena yang terbaik adalah apa yang dipilihkan Allah untukmu,” begitulah pandangan dan komentar sang menteri kepada sang raja.
Raja terkejut. Jawaban itu tidak menyenangkan hatinya. Ia tidak menduga sang menteri menjawab seperti itu. Ia marah. Ia marah kepada  menterinya. Maka segera saja ia perintahkan agar para pengawalnya menjebloskan sang menteri itu ke dalam penjara. Dan ketika ia digiring ke dalam penjara, Sang Menteri dengan tersenyum mengatakan, ”Yang terbaik adalah apa yang dipilihkan Allah untukku.”
Beberapa lama berselang setelah kejadian itu, sang raja menyiapkan rombongan untuk melakukan perburuan di salah satu hutan. Dalam setiap perburuannya, biasanya sang raja ditemani dengan sang menteri kesayangannya. Namun hari itu, ia hanya ditemani oleh para pengawalnya.
   Ketika memburu seekor hewan di tengah hutan itu, sang raja keasyikan mengejar buruannya hingga tanpa ia sadari ia telah masuk semakin jauh ke dalam hutan itu. Semakin jauh masuk, ia akhirnya terpisah dari rombongannya. Alih-alih mendapatkan hewan buruannya, ia malah memasuki wilayah kerajaan lain di luar wilayah kekuasaannya.
   Tanpa disadarinya, beberapa pasang mata telah mengintainya. Dan tak lama kemudian, ia telah menjadi tawanan salah satu suku yang tinggal di dalam hutan itu. Suku itu ternyata adalah penyembah berhala. Dan hari itu mereka berencana untuk menjadikan sang raja sebagai korban persembahan untuk berhala mereka. Sang raja sangat takut. Ia sama sekali tidak mengira jika hidupnya akan berakhir seperti itu.
   Namun ketika tubuhnya disiapkan untuk ritual penyembahan itu, tiba-tiba salah seorang dari anggota suku itu melihat cacat yang ada di tangan sang raja. “Manusia ini tak pantas jadi persembahan. Ia tidak sempurna. Di tangannya ada cacat!!” teriaknya.  Hebohlah suku itu seketika. Setelah memastikan cacat di tangannya, merekapun melepaskan raja itu. Dan betapa gembiranya sang raja itu, ia berjalan pulang kembali menuju kerajaannya dengan hati penuh rasa suka cita.
   Setibanya kembali di istananya, sang raja segera memerintahkan pembebasan menteri kesayangannya. Ia kini menyadari kebenaran perkataan sang menteri, bahwa kecacatan tangannya itulah yang terbaik dari Allah. Namun ia tetap saja bertanya-tanya dalam hatinya: “Jika cacat tanganku ini telah menjadi sebab keselamatanku dari suku itu, lalu apa kebaikan yang didapatkan sang menteri dengan pemenjaraannya?”
Maka ketika sang menteri telah berada dihadapannya sang raja pun mengajukan pertanyaan itu kepadanya. “Wahai tuan raja, biasanya siapakah yang menemani anda dalam berburu?” ujar sang menteri.
“Engkau, wahai menteriku,” jawab raja.
“Tuanku, andai saja ketika saat itu aku tidak dipenjara, tentu aku akan menyertai Anda dalam berburu. Dan ketika saat itu Anda dilepaskan karena cacat yang ada di tangan Anda, maka siapakan yang akan mengganti Anda sebagai korban persembahan suku itu? Tentu saja aku, bukan? Nah, itulah kebaikan yang diberikan Allah kepadaku melalui pemenjaraanku, Tuan Raja...,” jelas sang menteri.
Dan raja pun termanggut-manggut sembari tersenyum...
Wow, seru kan?! Saya yakin, banyak pelajaran berharga yang bisa pembaca petik dari kisah di atas, namun di antara pelajaran yang banyak itu, ini poin pelajaran penting yang disebutkan langsung oleh penulis buku tersebut:
Musibah dunia seberat apapun dalam pandangan kita, sesungguhnya ia tidak ada bandingannya dengan siksa Akhirat. Dan setiap musibah dunia pasti menyimpan hikmah yang tak kita ketahui setelah ia terjadi. Yang terpenting adalah kita selalu yakin bahwa apapun yang terjadi, maka itulah pilihan yang tebaik yang telah diberikan Allah kepada kita. Boleh jadi sebuah kejadian yang kita sukai, justru buruk untuk kita. Sebaliknya, sebuah kejadian yang tidak kita harapkan justru adalah hal terbaik dalam hidup kita.”
Pelajaran lain, ada yang mau menambahkan???
Na’am, pelajaran tambahan yang dapat kita petik yaitu:
1.    Tidak boleh menyembah kepada selain Allah, termasuk kepada berhala seperti yang disembah oleh ‘orang hutan’-bukan orang utan- dalam kisah di atas.  Menyembah kepada selain Allah itu namanya syirik.  Syirik? Wuih, bukannya syirik artinya iri?  Kalo secara bahasa Indonesia, sirik artinya iri (betul ngga?), tapi kalo secara bahasa Arab, syirik artinya menyekutukan Allah; menganggap ada Tuhan selain Allah, ckckck.  Untuk dosa syirik ini, jangan ditanya, Allah sudah mewanti-wanti dan mengancam orang-orang yang melakukan kesyirikan seperti dalam surah keempat;An-Nisa ayat yang ke 48 yang artinya
Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah, Maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.
Ngomong-ngomong masalah syirik, contoh-contohnya, pembagian-pembagiannya, dll-nya insya Allah akan kita bahas pada buletin edisi mendatang (1,2,3,4 atau 5 pekan akan datang).  Lho, syirik itu kan dosa, kok dipelajari? Iya, dipelajari bukan untuk dikerjakan tapi supaya kita tau dan tidak sampai mengerjakannya.  Bukankah orang yang tidak tau tentang suatu keburukan dikhawatirkan ia akan terjatuh dalam keburukan tersebut?
2.    Kalau saja para penyembah berhala yang sudah jelas keyirikannya saja mau memberikan persembahan terbaik tanpa cacat kepada ‘Tuhan’ mereka, maka apakah tidak lebih pantas kalau kita yang menyembah hanya kepada Allah memberikan persembahan terbaik kita???  Misalnya, kalo mau nyumbang di kotak amal masjid, mungkin kita akan diperhadapkan pada dua hal yang dilematis, antara menyumbang uang ‘parang’ atau uang ‘songkok’.  Uang songkok nilai 100x lebih besar daripada uang parang.  Setan pasti akan menggoda kita untuk memasukkan uang parang saja.  Sejenak kita berpikir, tentunya songkok lebih pantas masuk masjid daripada parang, bukan???  Tapi, kalo iman kita belum terlalu mantap untuk memasukkan uang ‘songkok’, mungkin untuk tahap awal tidak mengapa kita masukkan uang biru, hehe…  Intinya, jangan mau kalah dengan para penyembah berhala itu, berikanlah persembahan terbaik untuk Allah.  Kaifa?
3.    Memberi maaf.  Ya, itu juga termasuk salah satu pelajaran penting yang bisa kita petik dari kisah di atas.  Belajarlah menjadi seorang pemaaf seperti menteri dalam kisah di atas.  Ia sudah setia mendampingi raja, eh, tau-tau dijebloskan ke dalam penjara.  Namun itu semua tidak membuatnya dendam dan marah kepada raja.  Saat ia digiring masuk ke dalam penjara ia cuma mengatakan,“yang terbaik adalah apa yang dipilihkan Allah untukku.”  Maa syaa Allah! Luarr biasa..
4.    Terakhir, mudah-mudahan ini bisa membekas di hati para pembaca.  Ada satu ayat dalam al-qur’an yang sangat erat kaitannya dengan kisah kita kali ini.  Adalah surat al-Baqarah ayat 216 yang petikan maknanya begini boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh Jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui”  Menjadi orang cacat atau dipenjara mungkin suatu hal yang tidak kita sukai, tapi boleh jadi itulah yang terbaik buat kita. 
Kalau begitu, siap jadi orang cacat atau dipenjara??? Hehehe (just kiding)
(by AM)

0 komentar:

Posting Komentar

Afwan, silahkan tinggalkan komentar antum terhadap blog ini.