Rabu, 09 Mei 2012
On 5/09/2012 02:01:00 PM by KBM FT UNM in (Abu Muhammad al Qolakawy) 1 comment
Membaca judul tulisan ini mungkin akan membuat antum wa antunna-para aktifis dakwah- marah dan terprovokasi. Namun sebenarnya apa yang akan saya sampaikan bukanlah hal yang akan membuat antum marah kepada saya, melainkan akan marah kepada diri antum sendiri.
Akhy, dakwah ini berat dan tidak bisa dipikul oleh orang yang manja dan bermalas-malasan. Ana heran dengan kondisi sebagian aktifis dakwah hari ini, apalagi mereka yang mengaku ikhwah bermanhaj salaf, namun adabnya sangat tidak menunjukkan bahwa ia seorang salafy. Sunnah-sunnah banyak yang mereka campakkan.
Akhy, atas petunjuk Allah kita mengenal manhaj salaf. Sudah sepatutnya kita mensyukurinya. Syaikh Al Albani mengajarkan kita untuk bersyukur kepada Allah atas nikmat islam dan sunnah. Kesyukuran kita semakin bertambah karena Allah berkenan menjadikan kita satu dari sekian banyak orang yang menjadi aktifis dakwah pembela sunnah.
Sunnah? Ya, sunnah. Antum sudah tahu kan apa itu sunnah? Ana yakin antum sudah tau betul bahwa yang ana maksudkan bukanlah sunnah dalam tinjauan ilmu fiqh; kalau dikerjakan berpahala, ditinggalkan tak mengapa.
Akhy, kekuatan kita dalam berjuang ini terletak pada sejauh mana kita telah menerapkan sunnah-sunnah nabi tercinta dalam kehidupan kita ini. Lupakah antum dengan kisah kaum muslimin yang tidak bisa menerobos benteng musuh hanya karena melupakan sunnah bersiwak, dan setelah mereka bersiwak, benteng itupun tunduk dibawah telapak kaki tentara islam?
Akhy, risalah ini kutulis bukan untuk menggurui antum, bukan juga untuk men-justice bahwa ana lebih nyunnah dari antum. Risalah ini kutulis tidak lain sebagai bentuk nasihat menasihati. Bukankah Nabi bersabda sebagaimana yang tercantum dalam hadits ke-7 Arba’in an-Nawawiyah bahwa;
عَنْ أَبِي رُقَيَّةَ تَمِيْم الدَّارِي رَضِيَ اللهُ عَنْهُ أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : الدِّيْنُ النَّصِيْحَةُ . قُلْنَا لِمَنْ ؟ قَالَ : لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُوْلِهِ وَلأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِيْنَ وَعَامَّتِهِمْ . [رواه البخاري ومسلم]
Dari Abu Ruqayyah Tamim Ad Daari radhiallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda : Agama adalah nasehat, kami berkata : Kepada siapa ? beliau bersabda : Kepada Allah, kitab-Nya, Rasul-Nya dan kepada pemimpan kaum muslimin dan rakyatnya. (Riwayat Bukhori dan Muslim)
Nah, ikhwan, ana akan tuliskan beberapa sunnah-sunnah yang hari ini banyak dilupakan -sejauh pengamatan ana- oleh aktifis dakwah. Juga akan ana sampaikan beberapa penyelewengan terhadap sunnah yang lagi-lagi banyak dilakukan oleh aktifis dakwah. Mengapa aktifis dakwah??? Pertanyaan semacam ini tidak selayaknya dipertanyakan. Namun ana akan menjawabnya, “Karena kalianlah orang yang menjadi pelanjut perjuangan para nabi! Kalianlah orang yang menyampaikan seruan kebaikan dan mencegah kemungkaran, maka kalianlah orang yang paling pantas untuk melakukan semua apa yang kalian serukan itu!” Sungguh, betapa tak tahu dirinya jika ada yang memerintahkan namun ia tidak melaksanakannya atau paling tidak berusaha melaksanakannya. Dan lebih parah lagi jika ada yang melarang namun ternyata ia yang melakukan. Ketahuilah ikhwan, agama ini bukan hanya sekedar hiasan bibir! Butuh diamalkan.
Sunnah in memoriam
1. Qiyamullail
Untuk yang satu ini, sering dijadikan bahan pembicaraan oleh ikhwah2 yang memberikan taujihat di awal musyawarah. Hampir segala bentuk motivasi agar menjalankan sholat malam sudah disampaikan. mulai dari dikatakan sebagai sumber kekuatan, pen-charge iman hingga iming-iming bidadari. Semuanya sudah disampaikan. namun bagaikan angin lalu bagi sebagian kita,sedikit sekali bahkan tidak sama sekali bertekad untuk menjalankannya. Atau pun ada yang bertekad kuat namun pada malam harinya, tak sedikit pun ia bergeming dari pembaringannya. Tekad hanya sekedar tekad.
Waktu berlalu, malam demi malam berlalu. Ana heran, dimanapun ana mabit, rata-rata hape ikhwah akan berbunyi setiap jam 03.00 dinihari hampir secara bersamaan. Mereka memang memasang alarm agar bisa bangun namun sepertinya alarm2 itu tak bermanfaat sama sekali. Memang mereka bangun, tapi sekedar untuk ‘membunuh’ suara alarmnya.
Akhy, sadarki’.
Mungkin, dulu kita pernah rutin untuk melaksanakannya, ketika awal-awal kita mendapatkan hidayah. Namun kini, seakan hidayah itu sudah tak bernilai. Tak sedikitpun kita menyesal ketika terbangun dari tidur malam dan ternyata waktu subuh telah tiba, waktu sholat malam telah berlalu. Ckckck. Padahal, sholat lail adalah sholat yang tidak pernah ditinggalkan oleh Nabi kita, Muhammad Shallallaahu ‘alaihi wasallam baik ketika beliau muqim atau musafir. Bahkan sholat ini wajib bagi beliau namun mustahab(sunnah muakkadah) bagi kita ummatnya.
Sebagian di antara ikhwah telah menjadikan sunnah ini hanya tinggal kenangan dan tidak punya tekad kuat untuk kembali melaksanakannya.
Saya nukilkan beberapa ayat dan hadits tentang keutamaan sholat malam. Semoga saja antum bisa termotivasi. Amin.
Allah Ta’ala berfirman:
تَتَجَافَى جُنُوبُهُمْ عَنِ الْمَضَاجِعِ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ خَوْفًا وَطَمَعًا
“Lambung-lambung mereka jauh dari pembaringan, karena mereka berdoa kepada Rabb mereka dalam keadaan takut dan berharap kepada-Nya.” (QS. As-Sajadah: 16)
كَانُوا قَلِيلاً مِّنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ. وَبِالأَسْحَارِهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Di dunia mereka sedikit sekali tidur diwaktu malam. Dan selalu memohon ampunan di waktu sahur (menjelang fajar).” (QS. Adz-Dzariyat: 17-18)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ
“Seutama-utama puasa setelah ramadhan adalah puasa di bulan Muharram, dan seutama-utama shalat sesudah shalat wajib adalah shalat malam.” (HR. Muslim no. 1163)
إِنَّ فِي اللَّيْلِ لَسَاعَةً لَا يُوَافِقُهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ يَسْأَلُ اللَّهَ خَيْرًا مِنْ أَمْرِ الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ إِلَّا أَعْطَاهُ إِيَّاهُ وَذَلِكَ كُلَّ لَيْلَةٍ
“Sesungguhnya di waktu malam terdapat suatu saat, tidaklah seorang muslim mendapati saat itu, lalu dia memohon kebaikan kepada Allah ‘azza wajalla baik kebaikan dunia maupun akhirat, kecuali Allah akan memperkenankannya. Demikian itu terjadi pada setiap malam.” (HR. Muslim no. 757)
Kutahu akhy, ukhty, bukan baru kali ini antum membaca hadits dan ayat-ayat di atas, bahkan mungkin antum sudah menghapalkannya. Namun cukupkah hanya dengan sekedar tahu tanpa diamalkan? Sungguh, Allah akan memintai pertanggungjawaban terhadap setiap ilmu kita yang tidak diamalkan. Allahumma a’innaa ‘alaa dzikrika wa ‘alaa syukrika wa husni ‘ibaadatika.
2. Rutin membaca qur’an
Mungkin sudah terhitung jari ikhwan-akhawat yang masih rutin ‘menyempatkan diri’ membaca al-qur’an. Subhanallah! Tidak pantas bagi seorang aktifis menjadikan bacaan al-qur’an hanya sebagai pengisi sisa waktu. Kalla! Bahkan ia mesti diagendakan setiap ba’da sholat, jangan jadikan sisa waktumu untuk Al-Qur’an. Ia adalah sumber kemuliaan akhy, ukhty.
Jangan gunakan waktumu ba’da sholat hanya untuk berbicara tidak jelas, bahkan sekedar berdzikir pun kadang dilalaikan. Innalillahi wa inna ilaihi rooji’un.
Akhy, ukhty, kita adalah pejuang. Pedoman perjuangan kita adalah al-qur’an. Bagaimana perjuangan kita bisa berhasil jikalau membaca pedomannya pun kadang dilalaikan? Akhy, ukhty, kembalilah, sadarlah! Semuanya belum terlambat. Matahari belumlah terbit dari barat dan nyawamu juga belum sampai di kerongkongan. Ayo, kita kembali ke Al-Qur’an. Jangan sampai mushaf yang kau beli di toko buku islami itu selalu nampak baru karena jarangnya engkau membacanya.
مَثَلُ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالْأُتْرُجَّةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَرِيحُهَا طَيِّبٌ وَالَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَالتَّمْرَةِ طَعْمُهَا طَيِّبٌ وَلَا رِيحَ لَهَا وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الرَّيْحَانَةِ رِيحُهَا طَيِّبٌ وَطَعْمُهَا مُرٌّ وَمَثَلُ الْفَاجِرِ الَّذِي لَا يَقْرَأُ الْقُرْآنَ كَمَثَلِ الْحَنْظَلَةِ طَعْمُهَا مُرٌّ وَلَا رِيحَ لَهَا
“Perumpamaan orang yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Utrujjah, rasanya lezat dan baunya juga sedap. Sedang orang yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah kurma, rasanya manis, namun baunya tidak ada. Adapun orang Fajir yang membaca Al Qur`an adalah seperti buah Raihanah, baunya harum, namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang Fajir yang tidak membaca Al Qur`an adalah seperti buah Hanzhalah, rasanya pahit dan baunya juga tidak sedap.” (HR. Al-Bukhari no. 4632 dan Muslim no. 1328)
Jika antum sudah berhasil untuk merutinkannya, mudah-mudahan antum mulai mencoba menghapalkannya. Insya Allah, dakwah antum akan lebih ‘berasa’ dengan ayat-ayat al-qur’an yang menghiasi bibirmu saat engkau berdakwah mengajak umat ke jalan Allah. Jangan hanya sekedar berceramah dan melulu mengatakan “Ada dalam al-qur’an” tapi antum sendiri tidak tau letaknya dimana, apalagi menghapalnya.
3. Sholat rawatib
Allah menjanjikan rumah di bagian tengah surga bagi orang yang melaksanakan 12 rakaat tiap hari (2 sebelum subuh, 4 sebelum zhuhur, 2 sebelum ashar, 2 setelah magrib dan 2 setelah isya).
مَنْ ثَابَرَ عَلَى ثِنْتَيْ عَشْرَةَ رَكْعَةً مِنْ السُّنَّةِ بَنَى اللَّهُ لَهُ بَيْتًا فِي الْجَنَّةِ أَرْبَعِ رَكَعَاتٍ قَبْلَ الظُّهْرِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَهَا وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْمَغْرِبِ وَرَكْعَتَيْنِ بَعْدَ الْعِشَاءِ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْفَجْرِ
“Barangsiapa menjaga dalam mengerjakan shalat sunnah dua belas rakaat, maka Allah akan membangunkan rumah untuknya di surga, yaitu empat rakaat sebelum zhuhur, dua rakaat setelah zhuhur, dua rakaat setelah maghrib, dua rakaat setelah isya` dan dua rakaat sebelum subuh.” (HR. At-Tirmizi no. 379 dan An-Nasai no. 1772 dari Aisyah)
Miris, sebagian aktifis kadang tidak merasa butuh rumah di surga. Buktinya, ia ke masjid saat sudah iqomah. Pun, setelah salam ia langsung beranjak dari tempat duduknya. Jika begini, kapan sholat rawatibnya?
4. Menjawab Adzan
Hal ini ringan, cukup dengan mengikuti apa yang diucapkan oleh muadzin kecuali pada lafadzh hayya ‘alassholah dan hayya ‘alal falaah. Seringan-ringannya sunnah ini, namun dengan segala manuver godaan yang dilancarkan syaithon akhirnya kita pun melupakannya dan menganggapnya remeh. Subhanallah.
Akhy, sekali lagi, ana haqqul yaqin bahwa antum sudah mengetahui bagaimana sunnahnya menjawab adzan ini. Keutamaannya pun antum sudah tahu, jika belum, saya nukilkan hadits dari nabi kita tercinta shallallahu ‘alaihi wa sallam:
إِذَا قَالَ الْمُؤَذِّنُ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، فَقَالَ أَحَدُكُمْ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، قَالَ: أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، ثُمَّ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ قَالَ: أَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الصَّلَاةِ، قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: حَيَّ عَلَى الْفَلَاحِ، قَالَ: لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللهِ، ثُمَّ قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، قَالَ: اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، ثُمَّ قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، قَالَ: لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“Apabila muadzin mengucapkan Allohu Akbar, Allohu Akbar maka salah seorang dari kalian menjawab Allohu Akbar, Allohu Akbar. Lalu apabila muadzin mengucapkan Asyhadu alla ilaaha illalloh maka salah seorang dari kalian menjawab Asyhadu allaa ilaaha illalloh. Apabila Muadzin mengucapkan Asyhadu anna muhammadar rosuululloh maka salah seorang dari kalian menjawab Asyhadu anna muhammadar rosuululloh. Apabila muadzin mengucapkan Hayya ala ash-shalah maka salah seorang dari kalian menjawab Laa haula walaa quwwata illaa bilaah. Apabila muadzin mengucapkan Hayya ‘ala al falaah, maka salah seorang dari kalian menjawab Laa haula walaa auwwata illaa billaah. Apabila muadzin mengucapkan Allohu Akbar, Allohu Akbar maka salah seorang dari kalian menjawab Allohu Akbar, Allohu Akbar. Apabila muadzin mengucapkan, Laa ilaahaa illalloh dia menjawab, Laa ilaaha illallohu dengan setulus hatinya, maka ia akan masuk surga.”(HR. Muslim, no. 385)
Miris, terkadang saat adzan, sebagian aktifis masih sempat-sempatnya bercanda dan bercerita ria yang tidak ada manfaatnya. Bahkan ada yang sengaja pergi tidur saat adzan dan nanti jika iqomah sudah diserukan baru ia bangun dari kasurnya. Kalau sudah begini, jangankan menjawab adzan, sholat rawatib pun tertinggal.
5. Sholat Tahiyatul Masjid
Sebagai aktifis, tentu kita yakin bahwa kebangkitan islam akan bermula dari masjid. Masjid kita jadikan sebagai markaz dakwah.
Parahnya, sebagian aktifis ketika masuk masjid langsung duduk dan tidak melaksanakan sholat tahiyatul masjid-meskipun ilmunya sudah mereka ketahui-. Padahal, rasulullah pernah sampai menghentikan khutbah jumatnya hanya untuk menegur sahabatnya yang masuk masjid dan langsung duduk. Memang, ulama kita berbeda pendapat tentang hukumnya. Sebagian di antara mereka berpandangan wajib namun sebagian mengatakan mustahab dan ini yang rajih, insya Allah. Namun meskipun tidak wajib, tidak pantaskah kiranya kita aktifis dakwah mengamalkan untuk sunnah ini? Bukankah di awal telah kusebutkan bahwa kekuatan kita bergantung pada sejauh mana kita mengamalkan sunnah?
Sebenarnya ikhwah, masih banyak sunnah-sunnah yang hari ini sudah kita sepelekan. Namun mungkin lima hal di atas yang kami rasa paling banyak dilanggar. Maka pantaslah hari ini dakwah kita kurang berkesan di hati para mad’u kita. Kenapa? Karena kita sendiri sebagai penyeru sunnah masih meninggalkan banyak amalan-amalan sunnah yang utama.
Abu Muhammad
(bersambung pada part II: Welcome Ghaflah<selamat datang kelalaian>)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Search
Kalender
Cari Penginapan?
Popular Posts
-
Belakangan ini demonstrasi sudah bisa dikatakan sangat lumrah di negara kita. Banyak orang mengatakan bahwa “demonstrasi” a...
-
Sungguh Allah telah membukakan hati-hati hambaNya dengan hidayah keimanan. Dengan keimanan itulah Allah melunakkan hati-hati hambaNya unt...
-
Assalamu’alaikum …Segala puji kita panjatkan hanya kepada Allah Subhana wa ta’ala, shalawat dan salam semoga tetap kita curahkan kepada bag...
terlalu menghakimi menurutku....:x tapi acung jempol smnagatx, smoga bsa dipertahankan,,,
BalasHapus